Pembukaan “Festival Seni Budaya Prancis 2009” akan didahului dengan pameran seni gambar, “Ligne a ligne” di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (5/5) malam. Mewakili pihak penyelenggara, Direktur Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta, Patrick Perez, mengatakan bahwa kegiatan ekshibisi tersebut menampilkan karya kontemporer seniman Indonesia dan Prancis melalui corak kehidupan yang digambarkan dari media video dan internet.
“Seniman-seniman muda itu mempertanyakan makna gambar dengan cara yang berbeda dari para seniornya. Mereka mencoba untuk keluar dari bingkai-bingkai konvensional. Mereka menggambar dengan kapur di atas lantai, atau menggunakan lampu neon untuk menciptakan berbagai macam bentuk hiasan tembok,” papar Patrick Perez, saat mengadakan pertemuan pers, Rabu (15/4) siang.
Para seniman pelukis yang dikuratori Michel Nuridsany itu, ada pula yang memakai cat semprot dalam membuat grafiti di berbagai tempat. “Mereka menggantung gambar di atas tali dengan menggunakan penjepit pakaian, ataupun mengirim gambar kartun melalui telepon seluler,” tambahnya.
Aspek media yang dinamis pada gambar tetap dipertahankan sebagai konsep, akan tetapi penyampaian gambar kini menjadi lebih bebas. “Karya cipta, humor, dan persilangan disiplin ilmu akan hadir dalam pameran ini, melalui aneka ragam karya yang akan membuka mata kita pada arti gambar dalam berbagai bentuk dan aspek,” ungkapnya lebih jauh.
Para seniman pelukis yang dikuratori Michel Nuridsany itu, ada pula yang memakai cat semprot dalam membuat grafiti di berbagai tempat. “Mereka menggantung gambar di atas tali dengan menggunakan penjepit pakaian, ataupun mengirim gambar kartun melalui telepon seluler,” tambahnya.
Aspek media yang dinamis pada gambar tetap dipertahankan sebagai konsep, akan tetapi penyampaian gambar kini menjadi lebih bebas. “Karya cipta, humor, dan persilangan disiplin ilmu akan hadir dalam pameran ini, melalui aneka ragam karya yang akan membuka mata kita pada arti gambar dalam berbagai bentuk dan aspek,” ungkapnya lebih jauh.
Duta Besar Prancis Philippe Zeller menyambut gembira kegiatan yang disebutnya sebagai pertemuan dialog budaya Indonesia-Prancis ini, karena demikian penting artinya bagi keberadaan kedua bangsa, sekaligus bertujuan untuk memperkenalkan citra budaya Prancis yang beragam dan banyak. “Bentuk dialog yang kemudian terjadi nanti adalah mengekspresikan keragaman seni budaya sebagai kata kuncinya,” jelas Pak Dubes.
Maka jangan heran, bila di hari pertama penyelenggaraan festival juga muncul Instalasi Makanan, “Mirelaridaine” dari seniman Delphine Bailleul. Sebutlah itu sebagai hidangan seni yang lahir dengan keinginan untuk mempromosikan ide baru di luar batas yang biasa, dan berupaya menjadikannya sebagai topik penelitian dan pengembangan.
Pada hakikatnya, “Mirelaridaine” menampilkan wadah eksperimen, menggali tingkah laku manusia sehari-hari. “Mereka menawarkan konsep utopis, di mana setiap orang mengonsumsi eksistensinya dengan cara yang berbeda-beda. Sebuah mimpi tentang kehidupan biasa yang akan membangkitkan identitas puitis dari peralatan sehari-hari. Seni kuliner ternyata bisa menjadi puitis selain nikmat,” jelas Patrick Perez.
Hip Hop Lagi
Hip Hop Lagi
Selanjutnya, “Festival Seni Budaya Prancis 2009” menyajikan acara musik klasik dari dua talenta muda, Clement Dufour dan Tristan Pfaff di Erasmus Huis (27/5); konser musik klasik dari Michael Cousteau & Nusantara Symphony Orchestra di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (16/6); konser musik Prancis, “Les Blerots de R.A.V.E.L.” di Rolling Stone Live Venue (21/6), serta pertunjukan musik elektronik “Chinese Man Records” di Centro, Dharmawangsa Square (13/6).
Tak ketinggalan, para penikmat seni bakal dijejali dengan teater komedi, “A Wonderful World” dari Philippe Martz dan Bernie Collins di Gedung Kesenian Jakarta (19/6), yang mengajak kita kembali ke dalam khayalan masa kecil.
Tanpa kehilangan jejaknya sebagai negeri penggagas tren mode, “Festival Seni Budaya Prancis 2009” juga mengadakan pameran fotografi mode bertajuk “Marbres” dari Camille Vivier di Plaza Indonesia (28/5). Ada pula peragaan busana tari bertema “La Femme Paysage, Vision de Paris a Java: Performance dansee et exposition” di Plaza Indonesia (15/5) dari dua seniman Prancis, Marie Labarelle (penata gaya dan busana) dan koreografer Marie Barbottin. N
Sumber bacaan di sini.
0 komentar:
Posting Komentar