Tetapi, kalau kamu pernah mendengar bahasa Prancis yang digunakan di jalanan di Prancis, oleh anak-anak muda Prancis, atau di film-film Prancis dengan setting kehidupan sehari-hari masa kini, atau yang kamu baca di komik, saya yakin kamu pasti heran atau nggak ngerti karena tidak pernah mendengar kata-kata itu di kelas! Sebut saja misalnya, ‘les beurs’ (orang-orang Prancis keturunan Arab), ‘les flics’ (polisi). Bahasa Prancis yang tidak baku seperti inilah yang disebut l’argot atau le verlan. Mungkin kamu bertanya-tanya, apakah bahasa jenis ini hanya sesekali saja digunakan jadi kamu tidak perlu repot-repot mempelajarinya, atau sebaliknya, pentiiing banget?
u siaran beriBon... mau tidak mau, walaupun jenis bahasa argot dan verlan ini tidak baku, tetapi layaknya bahasa-bahasa gaul lainnya di dunia seperti bahasa slang-nya Inggris Amerika atau bahasa Indonesia gaul a la anak Jakarta, bahasa argot dan verlan sudah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari masyarakat Prancis. Maka, kalau kamu ingin tinggal atau kuliah di Prancis, otomatis kamu harus bisa dan ‘mengerti’ bahasa penduduknya, apa yang mereka ucapkan di pasar, di jalanan, saat mengobrol dengan kamu di kafe, dan kegiatan-kegiatan sehari-hari lainnya.
Perbedaan argot dan verlan
Tapi memang apa bedanya verlan dengan argot? Keduanya sama-sama merupakan istilah untuk ‘bahasa gaul’, namun menurut kamus Larousse, argot adalah kosakata khusus yang digunakan oleh kalangan tertentu berdasarkan profesi atau kelas sosial. Argot bisa juga berarti bahasa yang digunakan oleh para pelaku tindak kriminal dan pengguna obat-obatan terlarang agar mereka bisa berkomunikasi secara bebas tanpa dipahami oleh orang-orang di luar kelompok mereka. Supaya bisa main rahasia-rahasiaan, begitulah kira-kira . Kalau verlan adalah bahasa argot yang digunakan dengan cara membolak-balik suku katanya. Misalnya, un mec yang merupakan bahasa argot (atau bahasa gaul, bahasa tidak baku) untuk kata un ami (teman) menjadi un keum. Contoh lainnya, une bagnole (mobil) yang merupakan bahasa gaul untuk kata une voiture menjadi une gnolba. Hehe, bingung ya?
Jadi begini polanya: kita ambil contoh dari kata l’envers yang artinya terbalik. Sekarang ‘pecahkan’ dulu susunan kata l’envers menjadi beberapa suku kata. (Untuk kata l’envers ini ada dua suku kata yaitu l’en- dan –vers). Lalu, kita ucapkan kedua suku kata ini secara perlahan dan coba balikkan:
l'envers... l'en vers... vers l'en... versl'en... verslen... verlen... verlan
Huruf terakhir yaitu ‘s’ dihilangkan, dan kata baru yang terbentuk memiliki huruf akhir berupa konsonan agar pelafalannya menjadi ‘enak’ didengar. Memang sih, tidak ada aturan baku untuk membuat kata-kata bahasa Prancis gaul seperti ini. Sama juga ‘kan dengan kata-kata gaul bahasa Indonesia, apa kita pernah tahu bagaimana cara membentuknya?
Coba kita polakan lagi contoh kata lainnya, misalnya ‘femme’. Kata ini terdiri dari dua suku kata juga, yaitu fa- dan –meu (perhatikan, maksud saya adalah suku kata saat diucapkan secara perlahan, bukan saat ditulis). Lalu, ucapkan keduanya pelan-pelan sambil dibalik:
Femme... fa meu... meu fa... meufa... meuf
Jadi, bahasa gaul untuk kata ‘femme’ adalah meuf.
Sekarang, kamu sudah tahu bahasa gaul untuk menyebut ‘les arabes’ atau orang-orang Prancis keturunan Arab adalah beur. Tetapi, kini ia mengalami pembentukan kata baru lagi menjadi rebeu dan reub.
Argot dan Verlan dalam Konteks Sosial
Yang menarik, bahasa argot yang disebut-sebut sebagai langue djeunz (de djeunz, yang berarti “jeunes” atau anak-anak muda) lebih sering dan intens digunakan oleh orang-orang yang tinggal di kawasan-kawasan pinggiran kota-kota besar di Prancis. Kemunculan bahasa argot pada tahun 1970-an seiring ditandai dengan dibangunnya kawasan atau permukiman-permukiman khusus bagi para imigran yang bekerja sebagai buruh atau karyawan di perusahaan-perusahaan besar di Prancis. Bahasa argot ini terus berkembang dan berevolusi terlebih saat teknologi telepon genggam diperkenalkan sehingga juga menjadi bahasa yang digunakan untuk ber-SMS-an ria.
Selain itu, karena sebagian besar para imigran yang tinggal di Prancis adalah mereka yang datang dari negara-negara Arab, maka dalam penggunaannya bahasa argot banyak mengalami percampuran dengan bahasa Arab. Misalnya saja kalimat berikut:
Misquina, elle fait tièp.
Misquina berasal dari kata ‘misquine’, yaitu kata bahasa Arab yang berarti ‘orang miskin’; sedangkan tièp merupakan kebalikan dari kata ‘pitié’. Jadi, maksud kalimat di atas adalah: La pauvre, elle fait pitié.
Walaupun begitu, bahasa argot juga mengalami banyak percampuran dengan bahasa Inggris yang bagaimana pun pengertiannya terkadang menjadi agak berbeda dengan makna asal kata bahasa Inggris itu sendiri. Misalnya pada kalimat berikut:
Je suis speed, maksudnya: Je suis pressé (saya terburu-buru).
Atau, kamu pernah mendengar kalimat: “On y go” ? Nah, kalau kalimat yang itu maknanya sama saja dengan “On y va”.
Layaknya bahasa Jawa di Indonesia, bahasa gaul Prancis juga mempunyai beberapa level atau tingkatan. Level pertama yaitu bahasa gaul akrab (familier) yang masih tergolong sopan dan bisa digunakan antarteman, keluarga, atau orang-orang yang sepantaran dengan kamu. Namun tetap saja bahasa ini tidak bisa digunakan dalam lingkungan resmi seperti di kantor atau di kampus dengan dosenmu. Misalnya fiston untuk fils (anak laki-laki), moche untuk laid (jelek), bouffe untuk nourriture (makanan). Level kedua disebut les mots grossiers yang digunakan untuk mengolok-olok atau mengumpat seseorang/sesuatu. Misalnya putain atau pute untuk mengatakan ‘sialan’ atau bisa juga ‘perek’, con yang berarti ‘goblok’ atau ‘dungu’. Tentunya kata-kata seperti ini tidak boleh dilontarkan kepada orangtua kamu atau orang-orang yang jauh lebih tua dari kamu. Level ketiga yaitu bahasa verlan yang dikombinasikan dengan bahasa gaulnya kalangan anak-anak muda ‘ghetto’ (Ghetto: kalangan tertentu yang memiliki persamaan latar belakang budaya atau tingkatan sosial). Misalnya, rebeu, keuf, meuf (artinya sudah saya jelaskan di atas).
Sumber bacaan di sini.
0 komentar:
Posting Komentar