Jumat, 01 Mei 2009


Judul: La Vie en Rose
Genre: Drama Biopic
Durasi: 2 jam 20 menit
Sutradara: Olivier Dahan
Produser: AlainGoldman
Casting: Marion Cotillard, Sylvie Testud, Jean-Pierre Martins, Emmanuelle Seigner, Jean-Paul Rouve, Gerard Depardieu
Penulis: Isabelle Sobelman dan Olivier Dahan
Cinematographi: Tetsuo Nagata
Musik: Christopher Gunning dan Edith Piaf
Editing: Richard Marizy
Distribusi: TF1 International

La Vie en Rose (dalam bahasa Perancis artinya 'Kehidupan Merah Muda'), adalah film produksi Perancis tahun 2007 dengan sutradara Oliver Dahan. Film yang dirilis di Perancis dengan judul La Mome ini mengisahkan tentang perjalanan hidup penyanyi Edith Piaf. La Mome dalam bahasa Perancis berarti 'si Kecil', julukan ini karena Piaf lebih tersohor dengan sebutan 'si Kecil Piaf' atau 'si Burung Pipit Kecil'. Film La Vie en Rose seluruhnya dibuat di Perancis dan berhasil memenangkan dua Oscar di ajang paling bergensi dunia perfilman Academy Award ke-80 untuk kategori Pemeran Wanita Terbaik untuk Marion Cottilard dan Makeup Terbaik untuk Didier Lavergne.
Edith Piaf (19 Desember 1915–10 Oktober 1963) adalah biduan sekaligus idola Perancis pada masanya yang terkenal dan dikenal luas sebagai penyanyi pop di Perancis. Lagu-lagu Piaf menggambarkan kehidupannya yang tragis. Ia spesialis lagu-lagu balada patah hati dengan suara yang sendu. Di antara lagu-lagunya yang terkenal adalah "La vie en rose" (1946), "Hymne a l'amour" (1949), "Milord" (1959), dan "Non, je ne regrette rien" (1960).
Alur film La Vie en Rose menggunakan gaya penceritaan yang berbolak balik sepanjang beberapa dekade kehidupan Edith Piaf. Bagian awal film menceritakan tentang kehidupan anak-anak Edith Piaf, dan film ini diakhiri saat kematian penyanyi ini, dimana ia tergolek lemah dan terlihat lebih tua 20 tahun dari usianya yang sebenarnya. Beberapa elemen kehidupan Pief mulai dari kepedihan di masa kanak-kanak, menemukan kejeniusannya di bidang musik, terorbit ke dunia gemerlap aktris, kegagalan cinta dan ketergantungan akan obat-obatan tergambarkan jelas di fim ini.
Film ini dimulai pada masa kanak-kanak Edith. Ia ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya di tempat neneknya yang menjalankan usaha rumah bordil. Edith kemudian menjadi kesayangan para PSK di situ, terutama dari seorang PSK muda bernama Titine (Emmanuelle Seigner), yang memperlakukan Edith seperti anaknya sendiri. Suatu hari, ayahnya (Jean-Paul Rouve), kembali menjemput Edith untuk mengajaknya bermain sirkus sebagai manusia karet. Mereka berdua akhirnya meninggalkan sirkus tempat mereka bermain dan memulai pertunjukan mereka sendiri di jalanan. Edith memiliki kelebihan membengkokkan tubuhnya ke dalam bentuk-bentuk yang aneh dan ia pun mampu bernyanyi dengan suara yang merdu. Sekitar enam tahun kemudian, Edith (diperankan sekarang oleh Marion Cotillard), dan teman baiknya Momone (Sylvie Testud), telah menjadi penyanyi jalanan. Mereka kemudian bertemu dengan seorang pemilik klab malam bernama Louis Leplee (Gerard Depardieu), yang kemudian mengontrak Edith untuk bernyanyi di klabnya. Namun Louis kemudian terbunuh, yang mengakibatkan Edith merasa akan kehilangan masa depannya. Di tengah keraguannya itu, ternyata ia menemukan orang yang mampu mengajarinya teknik bernyanyi yang baik, dan tidak lama setelah itu Edith mampu menjadi biduanita yang tersohor ke seluruh penjuru dunia.
Pada pertengahan tahun 1940-an ketika Edith tinggal di kota New York, ia bertemu dengan Marcel Cerdan (Jean-Pierre Martins) seorang petinju yang telah menikah dan terlibat affair dengannya. Edith Piaf mengatakan Marcel adalah cinta sejatinya, dan inilah yang menjadikan suaranya sangat sentimentil sampai jauh setelah kematian Marcel akibat kecelakaan pesawat tahun 1949. Sejak kematian Marcel Cerdan itu, Edith menggunakan seluruh waktunya untuk bernyanyi. Ia sempat menikah dua kali selama tahun 1950-an (di film ini sutradara hanya memberi sedikit porsi untuk menceritakan tentang kehidupan Edith dengan kedua suaminya ini). Edith akhirnya menjadi pecandu morfin dan alkohol. Upayanya untuk meninggalkan kebiasaan buruknya ini selalu gagal dilakukannya. Ketika umurnya berada di penghujung 40-an, kesehatan Edith memburuk dengan cepat, dan ia terlihat seperti seorang wanita yang telah uzur.

Marion Cotillard Memerankan Edith Piaf yang Memberinya Oscar sebagai Pemeran Wanita Terbaik di Academy Award ke-80

Kritisi film dunia memberi pujian kepada Marion Cotillard untuk perannya sebagai Edith Piaf dalam film ini. Cotillard dianggap mampu menyerap dan menghidupkan karakter Edith Piaf yang diperankannya secara luar biasa. Penghargaan Oscar untuk Pemeran Utama Wanita terbaik Academy Award ke-80 menjadikan Marion Cottilard sebagai aktris Perancis kedua setelah Simone Signoret tahun 1959 yang memenangi Oscar untuk katergori yang sama. Cottilard juga adalah aktris Perancis pertama yang mendapatkan penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk film berbahasa asing (non-english). Ia juga adalah aktris pertama dan satu-satunya sampai saat ini yang berhasil mendapatkan penghargaan Academy Award untuk film berbahasa Perancis. Sebelum penghargaan Oscar 2008, Marion Cotillard telah memenangkan penghargaan dari Los Angeles Film Critics Association Award sebagai aktris terbaik, Boston Society of Film Critics Award untuk aktris terbaik, Golden Globe, Czech Lion, Cesar Award, dan BAFTA. Atris kelahiran Perancis tahun 1975 ini sebelumnya hanya mendapatkan peran-peran kecil di beberapa film Hollywood seperti di film Big Fish arahan sutradara eksentrik Tim Burton, film produksi sutradara kenamaan Perancis Luc Besson, Taxi (1998) dan beberapa film Perancis seperti War In The Highlands dan Furia. Nama Marion Cotillard mulai diperhitungkan oleh kritisi film ketika bermain di film Les Jolies Choses (Pretty Things) yang menceritakan tentang dua saudara kembar yang bertukar kehidupan ketika salah satu dari mereka meninggal. Dalam film ini, Cottilard menyanyikan beberapa lagu dan direkam secara live. Nama Cottilard semakin mencuat ketika ia berperan pada dua buah film yang dipuji kritikus tahun 2004, yaitu A Very Long Engagement dimana ia memenagi C�sar Award untuk pemeran pembantu wanita terbaik dan film drama misteri Innocence.
Yang menarik adalah kisah di balik rencana pembuatan film La Vie En Rose adalah sewaktu sutradara Oliver Dahan memilih Marion Cotillard untuk memerankan Edith Piaf walaupun Dahan belum pernah sekalipun bertemu Cottilard dan alasan Dahan memilih Cotillard adalah karena Cotillard memiliki mata yang mirip mata Edith Piaf. Produser film ini, Alain Goldman, setuju akan pilihan Dahan dan membela pilihan Dahan sekalipun TFM mengurangi kucuran uang untuk mendanai film ini. Pihak TFM berpendapat Cottilard belum cukup pantas dibayar mahal sebagai seorang aktris. Suatu perkiraan yang ternyata meleset. Film ini dipuji secara luas termasuk direktur teater terkenal Sir Trevor Nunn yang mengomentari film ini sebagai 'salah satu penampilan terbesar dalam sejarah perfilman'. Film ini disebut sebagai 'the most awaited film of 2007'—film yang paling ditunggu tahun 2007—di Perancis, dimana beberapa kiritisi mengatakan Edith Piaf bak berinkarnasi dalam diri Marion Cotilard menyanyikan lagu terakhirnya di atas pentas.
Film La Vie en Rose telah mencetak pendapatan kotor 81,945,871 dollar US untuk peredarannya di seluruh dunia — 10,072,300 dollar US dari Amerika dan Kanada dan 71,873,571 dollar US dari negara lainnya. Di negara-negara seperti Perancis, Algeria, Monaco, Maroko dan Tunisia film ini menghasilkan total pendapatan kotor 42,014,775 Dollar US.
MPAA atau Motion Pictures Association of Amerika memberi rating "PG-13" untuk adegan kekerasan, penggunaan narkoba dan seks di film ini. (efendy hamzah)

Sumber bacaan di sini.
Jakarta (ANTARA News) - Artis Nicholas Saputra mengatakan film Prancis tidak hanya soal romantisme saja, tetapi juga kuat di genre film komedi dan action (aksi).

"Film Prancis terkesan romantis karena bahasanya, tetapi film mereka juga kuat di komedi dan action," kata Nicholas Saputra disela-sela pembukaan Festival Sinema Prancis di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta, Jumat malam.

Nicholas Saputra dan Marsha Timoty yang datang malam ini ditunjuk sebagai duta festival sinema Prancis ke-14 tahun ini.

Nico mengatakan film Prancis memang sudah berkarakter dengan film romantis.

"Ibaratnya kita menonton dengan menutup telinga, kita sudah tahu itu film Prancis dari gaya filmnya," katanya.

Nico sendiri telah menonton beberapa film dari 20 film Prancis yang diputar di Festival Sinema Prancis ke-14 ini.

Sedangkan bintang film "Pintu Terlarang" dan "Coklat Stroberi", Marsha Timothy mengaku sangat mengagumi film-film Prancis, bukan saja karena ia kini menjadi Duta Festival Sinema Prancis.

"Ibuku sangat gemar nonton film-film Prancis, sehingga sejak kecil aku sudah sering diajak nonton bareng. Pada saat aku sudah terjun sebagai pemain film juga masih nonton film-film Prancis karena beberapa judul direkomendasikan sutradaraku sebagai bahan untuk belajar akting," katanya dalam konferensi pers Festival Sinema Prancis di Jakarta, Rabu (1/4).

Kekasih dari Fachri Albar ini mengungkapkan kekagumannya pada film-film Prancis antara lain karena industri film sangat maju, tema-tema yang diangkat berlatar belakang dari kehidupan sehari-hari, ceritanya sederhana tapi sangat menyentuh, dan dapat memberikan gambaran mengenai kehidupan di kota itu.

"Secara pribadi film-film Prancis menambah pengetahuan, memberi tontonan yang lebih variatif diantara dominasi film-film Hollywood yang ada di bioskop," kata Cha-cha, panggilan akrabnya.

Ia mengungkapkan setelah bertahun-tahun mengagumi film-film Perancis, kini ia bahagia karena terpilih sebagai Duta Festival Sinema Perancis yang akan berlangsung di Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya di Indonesia.

"Saya sangat bersemangat ketika dikabari akan menjadi Duta Festival, dulu saya pernah datang beberapa kali sebagai penonton festival ini, tapi sekarang malah ditunjuk sebagai Duta Festival. Nonton film-film Prancis dijamin akan membuat penonton mendapat banyak hal baru yang positif," katanya.

Festival Sinema Prancis ke-14 resmi digelar di Jakarta, Jumat malam oleh Duta Besar Prancis untuk Indonesia Philippe Zeller.

Bertempat di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jalan H Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Festival Sinema Prancis ke-14 dengan memutar film pembukaan Les femmes de l`ombre.

Sedangkan penutupan festival sinema Prancis yang akan memutarkan 20 film dengan berbagai jenis ini akan memutarkan film Entre les murs di Blitzmegaplex Grand Indonesia.

Anda Pengunjung Ke:

Komentar Anda

Pengikut

Popular Posts

Chatting, Yuks!!!