Kamis, 23 April 2009

Festival Sinema Perancis kembali lagi untuk ke-14 kalinya. Bertahannya festival ini dalam kurun waktu selama ini menjadikannya Festival sinema tertua di Indonesia, di mana festival ini menjadi ajang pertemuan kehidupan budaya. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah : setelah sekian tahun, masih adakah yang bermanfaat dari peristiwa seperti ini ?
Sebuah Festival bertujuan untuk menunjukkan kekayaan dan keberagaman dari produksi sinematografi kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang luar biasa bagi dunia sinema Perancis : rekor bersejarah untuk film « Bienvenue chez les Ch’tis » yang disaksikan oleh 21 juta pasang mata di Perancis, dan pengakuan internasional untuk film « Entre les murs » (di balik dinding kelas), film penerima penghargaan Palme d’Or dari Festival de Cannes yang terakhir, yang akan kami sajikan sebagai film penutup.

Usaha terbesar dari sinema Perancis adalah melakukan pembaharuan secara terus-menerus. Hal ini adalah wujud usaha dari generasi baru para sineas yang kami beri tempat khusus pada tahun ini dengan putaran dari 7 film pertama. Film-film ini merupakan cerminan evolusi dari sebuah lingkungan yang tema-temanya menembus segala batas: untuk itulah kami mengadakan kerja sama untuk menyelenggarakan Festival Film Wanita di Indonesia, yang akan berlangsung dari tanggal 21 sampai 26 April di Salihara. Dan pada pada kesempatan itu kami akan memutarkan beberapa film, salah satunya « Naissance des pieuvres » sebagai film pembuka.
Itu semua kami lakukan tanpa mengenyampingkan salah satu fungsi esensial dari sinema: hiburan. Kami juga akan mempersembahkan bunga rampai dari film-film terbaik genre terbaru, dengan menghadirkan malam istimewa yang dipersembahkan bagi komedi romantik pada tanggal 24 April yang akan datang.


DUTA FESTIVAL
Nicholas Saputra

ImageNicholas lahir di Jakarta pada 24 ebruari 1984. Awal karirnya di film Ada Apa Dengan Cinta menempatkannya sebagai salah satu aktor muda paling berbakat dan disukai. Perannya dalam film Gie sebagai Soe Hok Gie membuatnya memenangkan Piala Citra sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 2005. Aktor yang terkenal sangat selektif dalam memilih peran di film-filmnya telah berakting di 8 film diantaranya Janji Joni, Tiga Hari Untuk Selamanya, dan Tiga Doa Tiga Cinta. Selain akting, Nicholas juga Seorang model, VJ di V Channel dan Arsitek.

Marsha Timothy

ImageMarsha lahir di Jakarta, 8 Januari 1979. Memulai karir sebagai bintang iklan dan sinetron, karir bidang film dimulai lewat Ekspedisi Madewa. Marsha telah membintangi sekitar 15 film yang banyak diantaranya adalah film-film komedi romantis seperti misalnya Otomatis romantis sehingga julukan bintang komedi-romantis melekat padanya. Film terbarunya Pintu Terlarang merupakan bukti bakat aktingnya bahwa selain loveable di film-film komedi romantis, Marsha juga bisa sebagai stunningly beautiful manipulative psycho.
Sumber bacaan di sini.

Jakarta, SINARHARAPAN.CO.ID – Acara tahunan Festival Seni Budaya Prancis di Jakarta telah rutin digelar sejak lima tahun lalu. Pada tahun 2009 ini, kegiatan temu budaya Prancis dan Indonesia itu akan berlangsung pada 5 Mei-26 Juli mendatang dengan penampilan berbagai karya seni yang beragam.


Pembukaan “Festival Seni Budaya Prancis 2009” akan didahului dengan pameran seni gambar, “Ligne a ligne” di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (5/5) malam. Mewakili pihak penyelenggara, Direktur Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta, Patrick Perez, mengatakan bahwa kegiatan ekshibisi tersebut menampilkan karya kontemporer seniman Indonesia dan Prancis melalui corak kehidupan yang digambarkan dari media video dan internet.

“Seniman-seniman muda itu mempertanyakan makna gambar dengan cara yang berbeda dari para seniornya. Mereka mencoba untuk keluar dari bingkai-bingkai konvensional. Mereka menggambar dengan kapur di atas lantai, atau menggunakan lampu neon untuk menciptakan berbagai macam bentuk hiasan tembok,” papar Patrick Perez, saat mengadakan pertemuan pers, Rabu (15/4) siang.
Para seniman pelukis yang dikuratori Michel Nuridsany itu, ada pula yang memakai cat semprot dalam membuat grafiti di berbagai tempat. “Mereka menggantung gambar di atas tali dengan menggunakan penjepit pakaian, ataupun mengirim gambar kartun melalui telepon seluler,” tambahnya.
Aspek media yang dinamis pada gambar tetap dipertahankan sebagai konsep, akan tetapi penyampaian gambar kini menjadi lebih bebas. “Karya cipta, humor, dan persilangan disiplin ilmu akan hadir dalam pameran ini, melalui aneka ragam karya yang akan membuka mata kita pada arti gambar dalam berbagai bentuk dan aspek,” ungkapnya lebih jauh.
Duta Besar Prancis Philippe Zeller menyambut gembira kegiatan yang disebutnya sebagai pertemuan dialog budaya Indonesia-Prancis ini, karena demikian penting artinya bagi keberadaan kedua bangsa, sekaligus bertujuan untuk memperkenalkan citra budaya Prancis yang beragam dan banyak. “Bentuk dialog yang kemudian terjadi nanti adalah mengekspresikan keragaman seni budaya sebagai kata kuncinya,” jelas Pak Dubes.
Maka jangan heran, bila di hari pertama penyelenggaraan festival juga muncul Instalasi Makanan, “Mirelaridaine” dari seniman Delphine Bailleul. Sebutlah itu sebagai hidangan seni yang lahir dengan keinginan untuk mempromosikan ide baru di luar batas yang biasa, dan berupaya menjadikannya sebagai topik penelitian dan pengembangan.
Pada hakikatnya, “Mirelaridaine” menampilkan wadah eksperimen, menggali tingkah laku manusia sehari-hari. “Mereka menawarkan konsep utopis, di mana setiap orang mengonsumsi eksistensinya dengan cara yang berbeda-beda. Sebuah mimpi tentang kehidupan biasa yang akan membangkitkan identitas puitis dari peralatan sehari-hari. Seni kuliner ternyata bisa menjadi puitis selain nikmat,” jelas Patrick Perez.
Hip Hop Lagi
Selanjutnya, “Festival Seni Budaya Prancis 2009” menyajikan acara musik klasik dari dua talenta muda, Clement Dufour dan Tristan Pfaff di Erasmus Huis (27/5); konser musik klasik dari Michael Cousteau & Nusantara Symphony Orchestra di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (16/6); konser musik Prancis, “Les Blerots de R.A.V.E.L.” di Rolling Stone Live Venue (21/6), serta pertunjukan musik elektronik “Chinese Man Records” di Centro, Dharmawangsa Square (13/6).
Tak ketinggalan, para penikmat seni bakal dijejali dengan teater komedi, “A Wonderful World” dari Philippe Martz dan Bernie Collins di Gedung Kesenian Jakarta (19/6), yang mengajak kita kembali ke dalam khayalan masa kecil.
Tanpa kehilangan jejaknya sebagai negeri penggagas tren mode, “Festival Seni Budaya Prancis 2009” juga mengadakan pameran fotografi mode bertajuk “Marbres” dari Camille Vivier di Plaza Indonesia (28/5). Ada pula peragaan busana tari bertema “La Femme Paysage, Vision de Paris a Java: Performance dansee et exposition” di Plaza Indonesia (15/5) dari dua seniman Prancis, Marie Labarelle (penata gaya dan busana) dan koreografer Marie Barbottin. N

Sumber bacaan di sini.
Kalau selama ini kita belajar bahasa Prancis yang 'resmi'-nya, kali ini kita akan mengenal sekaligus mempelajari bahasa 'gaul' Prancis. Seperti bahasa-bahasa lainnya di dunia, bahasa Prancis juga mempunyai versi bahasa gaulnya, loh! Kalau selama ini kamu belajar bahasa Prancis di perkuliahan atau mengikuti kursus bahasa Prancis di tempat les, maka bahasa Prancis yang kamu pelajari adalah jenis bahasa Prancis baku yang kamu temui dalam surat kabar, buku cerita, acara dialog atata di televisi.

Tetapi, kalau kamu pernah mendengar bahasa Prancis yang digunakan di jalanan di Prancis, oleh anak-anak muda Prancis, atau di film-film Prancis dengan setting kehidupan sehari-hari masa kini, atau yang kamu baca di komik, saya yakin kamu pasti heran atau nggak ngerti karena tidak pernah mendengar kata-kata itu di kelas! Sebut saja misalnya, ‘les beurs’ (orang-orang Prancis keturunan Arab), ‘les flics’ (polisi). Bahasa Prancis yang tidak baku seperti inilah yang disebut l’argot atau le verlan. Mungkin kamu bertanya-tanya, apakah bahasa jenis ini hanya sesekali saja digunakan jadi kamu tidak perlu repot-repot mempelajarinya, atau sebaliknya, pentiiing banget?

u siaran beriBon... mau tidak mau, walaupun jenis bahasa argot dan verlan ini tidak baku, tetapi layaknya bahasa-bahasa gaul lainnya di dunia seperti bahasa slang-nya Inggris Amerika atau bahasa Indonesia gaul a la anak Jakarta, bahasa argot dan verlan sudah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari masyarakat Prancis. Maka, kalau kamu ingin tinggal atau kuliah di Prancis, otomatis kamu harus bisa dan ‘mengerti’ bahasa penduduknya, apa yang mereka ucapkan di pasar, di jalanan, saat mengobrol dengan kamu di kafe, dan kegiatan-kegiatan sehari-hari lainnya.

Perbedaan argot dan verlan
Tapi memang apa bedanya verlan dengan argot? Keduanya sama-sama merupakan istilah untuk ‘bahasa gaul’, namun menurut kamus Larousse, argot adalah kosakata khusus yang digunakan oleh kalangan tertentu berdasarkan profesi atau kelas sosial. Argot bisa juga berarti bahasa yang digunakan oleh para pelaku tindak kriminal dan pengguna obat-obatan terlarang agar mereka bisa berkomunikasi secara bebas tanpa dipahami oleh orang-orang di luar kelompok mereka. Supaya bisa main rahasia-rahasiaan, begitulah kira-kira . Kalau verlan adalah bahasa argot yang digunakan dengan cara membolak-balik suku katanya. Misalnya, un mec yang merupakan b
ahasa argot (atau bahasa gaul, bahasa tidak baku) untuk kata un ami (teman) menjadi un keum. Contoh lainnya, une bagnole (mobil) yang merupakan bahasa gaul untuk kata une voiture menjadi une gnolba. Hehe, bingung ya?


Jadi begini polanya: kita ambil contoh dari kata l’envers yang artinya terbalik. Sekarang ‘pecahkan’ dulu susunan kata l’envers menjadi beberapa suku kata. (Untuk kata l’envers ini ada dua suku kata yaitu l’en- dan –vers). Lalu, kita ucapkan kedua suku kata ini secara perlahan dan coba balikkan:

l'envers... l'en vers... vers l'en... versl'en... verslen... verlen... verlan
Huruf terakhir yaitu ‘s’ dihilangkan, dan kata baru yang terbentuk memiliki huruf akhir berupa konsonan agar pelafalannya menjadi ‘enak’ didengar. Memang sih, tidak ada aturan baku untuk membuat kata-kata bahasa Prancis gaul seperti ini. Sama juga ‘kan dengan kata-kata gaul bahasa Indonesia, apa kita pernah tahu bagaimana cara membentuknya?
Coba kita polakan lagi contoh kata lainnya, misalnya ‘femme’. Kata ini terdiri dari dua suku kata juga, yaitu fa- dan –meu (perhatikan, maksud saya adalah suku kata saat diucapkan secara perlahan, bukan saat ditulis). Lalu, ucapkan keduanya pelan-pelan sambil dibalik:

Femme... fa meu... meu fa... meufa... meuf

Jadi, bahasa gaul untuk kata ‘femme’ adalah meuf.

Sekarang, kamu s
udah tahu bahasa gaul untuk menyebut ‘les arabes’ atau orang-orang Prancis keturunan Arab adalah beur. Tetapi, kini ia mengalami pembentukan kata baru lagi menjadi rebeu dan reub.
Beur... beu re... re beu.. rebeu .. reub

Argot dan Verlan dalam Konteks Sosial

Yang menarik, bahasa argot yang disebut-sebut sebagai langue djeunz (de djeunz, yang berarti “jeunes” atau anak-anak muda) lebih sering dan intens digunakan oleh orang-orang yang tinggal di kawasan-kawasan pinggiran kota-kota besar di Prancis. Kemunculan bahasa argot pada tahun 1970-an seiring ditandai dengan dibangunnya kawasan atau permukiman-permukiman khusus bagi para imigran yang bekerja sebagai buruh atau karyawan di perusahaan-perusahaan besar di Prancis. Bahasa argot ini terus berkembang dan berevolusi terlebih saat teknologi telepon genggam diperkenalkan sehingga juga menjadi bahasa yang digunakan untuk ber-SMS-an ria.

Selain itu, karena sebagian besar para imigran yang tinggal di Prancis adalah mereka yang datang dari negara-negara Arab, maka dalam penggunaannya bahasa argot banyak mengalami percampuran dengan bahasa Arab. Misalnya saja kalimat berikut:

Misquina, elle fait tièp.

Misquina berasal dari kata ‘misquine’, yaitu kata bahasa Arab yang berarti ‘orang miskin’; sedangkan tièp merupakan kebalikan dari kata ‘pitié’. Jadi, maksud kalimat di atas adalah: La pauvre, elle fait pitié.

Walaupun begitu, bahasa argot juga mengalami banyak percampuran dengan bahasa Inggris yang bagaimana pun pengertiannya terkadang menjadi agak berbeda dengan makna asal kata bahasa Inggris itu sendiri. Misalnya pada kalimat berikut:

Je suis speed, maksudnya: Je suis pressé (saya terburu-buru).
Atau, kamu pernah mendengar kalimat: “On y go” ? Nah, kalau kalimat yang itu maknanya sama saja dengan “On y va”.

Layaknya bahasa Jawa di Indonesia, bahasa gaul Prancis juga mempunyai beberapa level atau tingkatan. Level pertama yaitu bahasa gaul akrab (familier) yang masih tergolong sopan dan bisa digunakan antarteman, keluarga, atau orang-orang yang sepantaran dengan kamu. Namun tetap saja bahasa ini tidak bisa digunakan dalam lingkungan resmi seperti di kantor atau di kampus dengan dosenmu. Misalnya fiston untuk fils (anak laki-laki), moche untuk laid (jelek), bouffe untuk nourriture (makanan). Level kedua disebut les mots grossiers yang digunakan untuk mengolok-olok atau mengumpat seseorang/sesuatu. Misalnya putain atau pute untuk mengatakan ‘sialan’ atau bisa juga ‘perek’, con yang berarti ‘goblok’ atau ‘dungu’. Tentunya kata-kata seperti ini tidak boleh dilontarkan kepada orangtua kamu atau orang-orang yang jauh lebih tua dari kamu. Level ketiga yaitu bahasa verlan yang dikombinasikan dengan bahasa gaulnya kalangan anak-anak muda ‘ghetto’ (Ghetto: kalangan tertentu yang memiliki persamaan latar belakang budaya atau tingkatan sosial). Misalnya, rebeu, keuf, meuf (artinya sudah saya jelaskan di atas).

Sumber bacaan di sini.

Di Indonesia bahasa Perancis dapat dipelajari diberbagai tempat seperti sekolah, akademi, universitas, pust kebudayaan Alliances Françaises,... Saat ini kurang lebih 30.000 orang belajar bahasa perancis baik di institusi umum ataupun khusus.

Ada sekitar 1.000 pengajar bahasa Perancis (400 orang di tingkat menengah atas dan 600 di tingkat pendidikan tinggi). Bahasa Perancis diminati untuk menambah wawasan, menambah keahlian demi melancarkan karir, mendapat kesempatan melanjutkan studi di Perancis atau hanya untuk dapat menguasai bahasa yang romantis!

Bagian kerjasama dan Kebudayaan Kedubes Perancis (SCAC) hadir di Indonesia menawarkan berbagai kegiatan komunikasi bertujuan mempromosikan bahasa Perancis di Indonesia serta berperan aktif untuk memberi kesempatan kursus lanjutan dan pelatihan kepada para pengajar bahasa Perancis (informasi lebih lanjut tentang SCAC).

Setiap tahun, SCAC juga mengadakan ujian DELF/DALF (Diploma bahasa Perancis) yang diakui secara internasional melalui jaringannya di berbagai kota di Indonesia.

Dalam menjalankan tugasnya, SCAC bekerjasama secara erat dengan berbagai mitra di Indonesia :

* Pusat Kebudayaan Perancis (CCF)
o CCF Jakarta
o CCF Bandung
o LIP Yogyakarta
o CCCL Surabaya
* Alliances Françaises : Bandung, Balikpapan, Denpasar, Lampung, Manado, Medan, Padang et Semarang.
* Perguruan tinggi
o Universitas tingkat S2 (UPI Bandung)
o Universitas tingkat S1 (10 universitas)
o Universitas yang menawarkan bahasa Perancis opsional di Fakultas Sastra / Pusat Bahasa Asing.
o Sekolah Tinggi / Akademi (Pariwisata - Bahasa Asing)
* Sekolah Menengah Atas / Sekolah Menengah Kejuruan

Sumber bacaan di sini.

Anda Pengunjung Ke:

Komentar Anda

Pengikut

Popular Posts

Chatting, Yuks!!!